A Common Home for All of Creation:
10/30/2013 12:34:00 AM
The Church’s Mission in the Context of Change and Pluralism
in
Indonesia and East Timor
National Consultation on
Mission 2012
WCRC, CCA, PGI
Jakarta, 6-9 May 2012
I. Preface
The era
of reformation in Indonesia (since 1998), although marked by a welcome
transition toward democracy, has nonetheless failed to resolve the problems of
poverty, corruption, injustice, environmental destruction, and violations of
human rights. A similar situation is
faced by East Timor since it gained its independence from Indonesia after a
referendum in 1999.
In our present condition,
the churches of Indonesia and East Timor struggle with the following realities:
a. A
large number of citizens living below the poverty line, facing the threat of malnutrition,
unemployment, and decline in human resources
b. A
culture of corruption that is increasingly entrenched, especially among state
actors
c. Destruction of the environment: deforestation, replacement
of native forest by plantations, mining and its poisonous waste
d. Destruction of the marine ecosystem due to
overfishing and pollution
e. New industrial areas displacing people from their
traditional cultures, while at the same time attracting prostitution and a
consequent increase in the number of people with HIV/AIDS
f. A rise
in the incidence of domestic violence, in which women and children are the
chief victims
g. Weak efforts at prevention and enforcement
against the distribution of dangerous drugs
Merajut Persekutuan Melalui Pekabaran Injil
10/30/2013 12:18:00 AM
Refleksi
Bersama Peserta Konsultasi Nasional Pekabaran Injil
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
Semarang, 11 November 2011
Semarang, 11 November 2011
I.
Pendahuluan
Konsultasi nasional pekabaran Injil
(Konas PI), yang berlangsung di Semarang dari tanggal 8-11 November 2011,
merupakan artikulasi keyakinan iman gereja-gereja di Indonesia akan tugas dan
panggilannya memberitakan Injil yang adalah shalom Allah bagi bumi dan segala
isinya. Hal ini sejalan dengan: pertama, kesaksian Alkitab yang adalah pijakan
bersama (common center) dalam gerakan
ekumene; kedua, posisi teologis mengenai pekabaran Injil yang diambil oleh
gereja-gereja di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Dokumen Keesaan Gereja;
ketiga, capaian gerakan ekumene di tingkat internasional yang termuat di dalam
dokumen Christian Witness in a
Multi-Religious World: Recommendations for Conduct.
Realitas kontemporer telah
memunculkan berbagai macam kejutan bagi gereja-gereja di Indonesia yang tengah
bergumul mewartakan Injil di berbagai tempat. Persoalan sosial, politik,
ekonomi, budaya sampai pada gerak eksplosif di dalam agama-agama muncul ke
permukaan. Bahkan, beragam ekspresi identitas keagamaan − termasuk di dalam kekristenan itu
sendiri – kerapkali ditemukan bergerak saling-silang dengan persoalan-persoalan sosial,
politik, ekonomi dan partikularitas identitas budaya. Kenyataan ini
menghasilkan tantangan yang rumit mengingat berbagai macam friksi dan
resistensi terjadi di ladang pekabaran
Injil.
Jalan Kemanusiaan Yap Thiam Hien
6/04/2013 07:50:00 AM
(Catatan Seminar "Menggali Nilai-nilai Perjuangan Yap Thiam Hien")
GKI Samanhudi, 1 Juni 2013
GKI Samanhudi, 1 Juni 2013
Dalam salah satu acara peringatan Pancasila di
tahun 2011, Megawati Soekarnoputri mengangkat dua istilah dalam upayanya membaca
Pancasila, yakni: (1) gotong-royong dan (2) integritas. Kedua istilah ini
kemudian menyatu dalam apa yang disebut Megawati sebagai ‘perjuangan’, yakni mewujudkan
kesejahteraan, keadilan dan keamanan dalam sebuah bangsa.[i] Dengan kata lain, penguatan kesadaran sebagai
sebuah bangsa — dalam pengalaman Indonesia
— tidak mungkin dibaca tanpa gotong royong dan integritas yang bermuara
pada perjuangan. Bidikan ini sungguh menarik, salah satunya dalam konteks
membaca nilai-nilai perjuangan Yap Thiam Hien (pengacara dan pejuang HAM di
Indonesia). Hal ini tampak dalam seminar
“Menggali Nilai-nilai Perjuangan Yap Thiam Hien”, diadakan oleh GKI Samanhudi dan menghadirkan pembicara seperti Siti Musdah Mulia, Todung Mulya Lubis, Ferdy
Suleeman dan Yongki Karman. Bisa
dikatakan, keempat pembicara ini membaca Yap Thiam Hien dengan mengambil angle (sudut pandang/bidikan) dari
bingkai kemanusiaan. Sebuah bingkai yang didialogkan, oleh Ferdy Suleeman dan Yongki Karman, dengan apa yang disebut ‘kasih’
dan ‘tindakan profetis’; di dalamnya Allah menjadi nyata di tengah sejarah.
Ephorus HKI Basuh Kaki Bupati Johnne Sihotang dalam Pemberangkatan ke Pilkada Dairi
2/07/2013 02:05:00 PM
Sidikalang (Sinar Indonesia Baru, Kamis 7 Februari 2013)
Pimpinan dan jemaat gereja Huria
Kristen Indonesia (HKI) memberangkatkan Bupati Dairi KRA Johnny Sitohang
Adinegoro untuk maju kembali dan memenangkan Pilkada Kabupaten Dairi yang
dijadwalkan September mendatang.
Pemberangkatan ditandai dengan pembasuhan
kaki Johnny Sitohang dan isteri Ny Dumasi br Sianturi oleh Ephorus HKI Pdt DR
Langsung Sitorus MTh bersama Sekjen HKI Pdt MP Hutabarat STh MM, pembacaan ayat
Alkitab, penyampaian berkat oleh Ephorus didampingi seluruh pendeta yang hadir
serta doa pemberangkatan oleh Pdt DR HR Panjaitan (Ketua Konven Pendeta HKI).
Acara
tersebut berlangsung Selasa (5/2) sore dalam rangkaian acara peresmian rumah
dinas Praeses HKI Daerah IV Dakota (Dairi, Karo, Tanah Alas) di Panji Bako
Jalan SMK Anugerah Sidikalang. Acara
dihadiri sekitar enam ratus orang jemaat bersama tamu undangan termasuk Muspida
Dairi, para pejabat Pemkab yakni Sekdakab Julius Gurning SSos MSi, para kepala
badan dinas kantor serta camat di lingkungan Pemkab Dairi dan undangan lainnya.
Ephorus HKI
dalam acara pemberangkatan mengatakan, HKI menilai Johnny Sitohang merupakan
putera terbaik dan sosok paling tepat untuk memimpin Kabupaten Dairi, yang dapat
dilihat secara kasat mata melalui kinerjanya selama ini, terlebih lagi ia
dinilai sebagai pribadi yang termasuk takut pada Tuhan dan peduli kepada umat.
Suasana
terlihat senyap ketika Ephorus dan Sekjen HKI mengambil tempat untuk berjongkok
di hadapan Johnny Sitohang dan Ny Dumasi yang telah terlebih dahulu maju ke
depan dan duduk di kursi yang telah disediakan.
Kedua pimpinan tertinggi HKI itu kemudian membasuh kaki pasangan suami
isteri tersebut sebagaimana dilakukan Yesus Kristus kepada murid-muridNya
seperti tertulis di Alkitab. Setelah
pembasuhan, Sitohang didampingi isteri kemudian berdiri dan menerima
pemberkatan.
Bupati Dairi
saat menyampaikan kata sambutannya tak kuasa menahan tetesan air mata haru. “Sungguh, saya merasa tak layak untuk dibasuh
kaki oleh Ephorus,” katanya menitikkan air mata. Karenanya, ia berupaya semaksimal mungkin
untuk memperhatikan nasehat dan wejangan yang disampaikan Ephorus dan para
pendeta.
Namun Sitohang
juga menyatakan berbahagia karena dengan diberangkatkan melalui doa dan berkat
oleh para pendeta menuju Pilkada Dairi, keyakinannya semakin tinggi untuk maju
dan memenangi Pilkada nanti. “Kalau
tidak ada perubahan jadwal, Pilkada Dairi akan dilaksanakan bulan September dan
tahapan Pilkada dimulai April nanti.
Saya sedikitpun tidak ragu. Saya
Johnny Sitohang percaya dan yakin untuk maju dan menang,” katanya disambut
tepuk tangan hadirin.
Menurut Praeses
HKI Daerah IV Dakota Pdt Ardin L Tobing STh, peresmian rumah dinas praeses
dilakukan karena rumah dinas yang lama di persimpangan Jalan Pakpak Sidikalang dinilai
sudah tidak memadai lagi, apalagi jika misalnya dilakukan rapat atau pertemuan. Dalam acara tersebut juga didoakan sejumlah
calon legislatif yang akan maju seperti Leonard Surungan Samosir BA, Jeffry
Sitohang, Arsenius Marbun dan lainnya.