Santriloka



Perguruan Santriloka Kecam Alquran dan Haji
Rabu, 28/10/2009 12:36 WIB
Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2009/10/28/123601/1230072/475/perguruan-santriloka-kecam-alquran-dan-haji

Mojokerto - Perguruan Ilmu Kalam Santriloka menganggap sebagian isi Alquran sesat dan membahayakan persatuan. Perguruan ini juga mengecam ibadah haji yang dianggap sebagai pembodohan Bangsa Arab terhadap Bangsa Indonesia.

"Alquran sebagian salah dan sesat, sebagian benar. Seperti Surat Alkafirun, itu sesat. Bukan kalam Allah tapi suara orang Arab," kata Pengasuh Perguruan Ilmu Kalam Santriloka Kiai Ahmad Naf'an kepada detiksurabaya.com di Padepokan Santriloka, Kelurahan Kranggan gang 5, Kota Mojokerto, Rabu (28/10/2009).

Menurut pria yang biasa dipanggil Gus Aan ini, Surat Alkafirun menyerukan perpecahan, bukan persatuan. "Bagaimana, kok bisa Tuhan Allah mengecam dan menyuruh orang agar memusuhi orang yang dianggap kafir," jelas Aan.

Terkait dengan Alquran yang beredar di Indonesia, Gus Aan menyatakan salah. Menurutnya, Alquran bukan dari Bahasa Arab. Melainkan Bahasa Kawi, Bahasa Sansekerta dan Bahasa Jawa Kuno. Alquran merupakan buatan orang Arab untuk menjajah Bangsa Indonesia.

"Alquran yang ada ini, dimodifikasi oleh orang-orang untuk merusak Majapahit, Jawa dan Pancasila. Siapa yang bertanggungjawab, kalau Alquran ini salah. Apa nabi mau tanggungjawab," tambah Aan sambil menunjuk Alquran yang ada di depan kakinya.

Terkait ibadah haji, Gus Aan juga menganggap ibadah haji saat ini tidak sesuai dengan inti ajaran Islam. "Siapa yang menyuruh ke Makkah. Dulu banyak orang mati di Terowongan Mina. Begini kok katanya perintah Allah," kata Gus Aan berapi-api.

Menurut Aan, ibadah haji sebenarnya tidak harus pergi ke Makkah dan sekitarnya. "Sudah dikatakan, kalau Allah itu dekat seperti urat nadi, kenapa umat Islam mengitari batu, dan mau dibodohi orang Arab," kata Gus Aan menambahkan.

Sebelumnya Pondok Pesantren dan MUI di Mojokerto meminta polisi melacak keberadaan pengajian Ilmu Kalam Santriloka. Ajaran pengajian komunitas itu dianggap sesat karena tidak mewajibkan puasa Ramadan dan salat 5 waktu. (fat/fat) 
---------------------------------------------------------------------- 

Perguruan Santriloka Kecam Alquran
Kamis, 29 Oktober 2009
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/85787/Perguruan_Santriloka_Kecam_Alquran

MOJOKERTO--Aliran keagamaan aneh kembali muncul di Jawa Timur. Kali ini muncul aliran Perguruan Ilmu Kalam Santriloka di Kelurahan Kranggan Gang 6 No 6, Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto. 

Aliran ini tidak mengakui Alquran berbahasa Arab. Mereka juga mengecam ibadah haji yang dianggap sebagai pembodohan bangsa Arab terhadap bangsa Indonesia.

Ahmad Nafan, pemimpin perguruan tersebut, mengatakan sebagian isi Alquran sesat dan membahayakan persatuan. Dia mencontohkan Surat Alkafirun yang dinilainya menyerukan perpecahan, bukan persatuan. "Alquran bukan dari bahasa Arab, melainkan bahasa Kawi, bahasa Sansekerta, dan bahasa Jawa Kuno. Alquran merupakan buatan orang Arab untuk menjajah bangsa Indonesia," tuturnya.

"Alquran sekarang dimodifikasi oleh orang-orang untuk merusak Majapahit, Jawa, dan Pancasila. Siapa yang bertanggung jawab, kalau Alquran ini salah. Apa nabi mau tanggung jawab," kata Ahmad Nafan, Kamis (29/10) di Mojokerto.

Dia mengungkapkan banyak kesalahan orang-orang yang mengaku memeluk Islam karena tidak mengerti Islam. Misalnya waktu shalat Dhuhur. Ia menjelaskan, Dhuhur sebenarnya dari kata bahasa Jawa, yakni 'luhur'.

"Di dalam Alquran tidak ada perintah shalat Dhuhur, tetapi kita diminta untuk melakukan empat budi luhur saat siang hari kepada sesam manusia. "Apalagi perintah sholat di masjid, ya nggak ada," kilahnya.

Dia juga memastikan Islam masuk di Indonesia dibawa orang Jawa di zaman Mojopahit dahulu, seperti Sunan Kalijogo dan kawan-kawanya. "Jangan ngomong Islam tetapi tidak mengerti Islam itu apa," tandasnya.

Ia menambahkan, berhaji harus dilakukan di Arab itu dinilainya akal-akalannya orang Arab untuk mencari pajak sebanyak-banyaknya. "Kalau manusia ingin menjadi Allah gampang, harus mempunyai 20 sifat-sifat itu. Apa begitu," tanya Naf'an

Pria yang mengaku mempunyai penganut ribuan orang ini, pemahaman Islamnya itu didapatkan dari berbagai buku bacaan yang dirinya tidak mengetahui siapa yang mengarang dan mencetaknya. "Kalau anda ingin negara Indonesia maju ikuti syahad yang benar dan shalat yang benar dan harus mengikuti Islam yang benar. Belajar saya seperti bacaan yang Anda baca, siapa yang membuatnya saya tidak mengetahuinya," katanya saat ditanya dari mana dirinya mendapatkan ilmu tersebut

Menanggapi adanya aliran sesat tersebut, Ketua Majelis Ulama Jawa Timur, Abdushomad Buchori,  mengatakan banyak buku-buku yang bisa membuat pembacanya salah memahaminya. Ini karena kemampuannya yang kurang sehingga bisa menjadikan pembacanya berubah keyakinan.

"Buku kan banyak macam-macamnya. Ada yang dogmatik, misalnya kenapa tuhan itu kok satu? Mengapa kita kok disuruh shalat? Ini sangat membahayakan pembacanya jika tidak memahaminya secara utuh. Jika paham ini dibiarkan liar maka akan menyebabkan stabilitas masyarakat di Jatim, khususnya di Mojokerto, terganggu," paparnya.

Atas kasus tersebut MUI akan melakukan tindakan sesuai standar untuk menghentikan ajaran yang keliru dan sudah banyak terjadi di Indonesia. Misalnya, menggunakan UU no 1 tahun 60 tentang Pranata Agama. Pimpinan atau bupati diminta untuk melakukan tindakan persuasif, atau dengan rujuk ilal hak. "Ada standar prosedur untuk melakukanya," ungkapnya

Abdushomad mengutip pernyataan Naf'an "kalau anda ingin negara Indoneisa maju ikuti syahad yang benar dan shalat yang benar". "Pernyataan ini menarik tetapi perlu diletakkan pada porsinya yang benar. Seperti pernyataanya itu benar tetapi di tempat yang salah," papar Abdushomad. uki/rif
--------------------------------------------------------------------------------- 

MUI Jatim Haramkan Ajaran Santriloka
Jumat, 30 Oktober 2009 20:49
Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2009/10/10/103076/125/101/MUI-Jatim-Haramkan-Ajaran-Santriloka

SURABAYA--MI: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur mengharamkan paham Kalam Santriloka yang berkembang di Kota Mojokerto karena dianggap menyimpang dari 10 pedoman pokok.

Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi MUI Jatim, Rachman Aziz, di Surabaya, Jumat (30/10), mengatakan saat ini pihaknya sedang menunggu hasil pemeriksaan dari MUI Kota Mojokerto. "Dari informasi yang kami dapatkan, ajaran tersebut menyimpang dari 10 pedoman pokok yang disepakati MUI seluruh Indonesia," katanya.

Dalam 10 pedoman pokok yang menjadi acuan MUI itu menyebutkan, ajaran Islam dinyatakan sesat, bila tidak percaya pada salah satu Rukun Iman dan Rukun Islam, tidak percaya pada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, mempercayai adanya kitab terakhir selain Alquran, dan menghina nabi. "Paham Santriloka jelas sesat karena tidak mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir," katanya.

Selain itu, Santriloka juga meyakini adanya nabi terakhir setelah Nabi Muhammad SAW, yakni Syekh Siti Jenar dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Selain itu, syarat masuk Islam tidak harus dengan bersyahadat, namun cukup dengan menggunakan bunga tertentu.

Dalam aliran itu juga tidak mewajibkan jemaahnya untuk berpuasa pada bulan kesembilan pada penanggalan tahun Hijriah, namun dapat diganti pada tanggal 1-9 bulan pertama Hijriah. Paham itu juga tidak mewajibkan salat lima waktu karena cukup diganti dengan kontak batin.

Perguruan Ilmu Kalam Santriloka memiliki sekitar 700 pengikut dan aktif menggelar pengajian setiap malam Jumat Legi. Kegiatan itu dilakukan berpindah-pindah. Sebab itu, MUI Jatim meminta kepada pejabat daerah setempat untuk menindak aliran tersebut, sedangkan para tokohnya diminta bertobat dan kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya.

"Aliran itu dapat dituntut dengan dasar hukum penistaan agama, sehingga dapat dipenjarakan apabila tidak mau bertobat," kata Racman seraya mengimbau masyarakat untuk bisa menahan diri dan tidak main hakim sendiri.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf, menyatakan, aliran yang dikembangkan oleh Ahmad Nafan itu di luar syariat Islam sehingga sangat menyesatkan. "Ini sungguh menyesatkan. Tetapi kami mengimbau supaya pengikutnya disadarkan dengan cara-cara yang persuasif. Tidak perlu dengan kekerasan," katanya. (Ant/OL-06)