MAKAM YESUS SUDAH DITEMUKAN?

Beril Huliselan
(Jakarta 2007)

Pada tanggal 5 April 2007, Harian Kompas memuat tulisan dengan judul "Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus". Tulisan ini memuat isu penemuan makam Yesus. Dalam Tulisan tersebut, kayakinan bahwa makam Yesus sudah ditemukan disandarkan pada kajian statistik yang dilakukan oleh DR. Andrey Feuerverger. Memang ada argumentasi
lain dalam tulisan tersebut, namun kajian statistik (uji statistik) tersebut berfungsi sebagai pilar utama yang menopang klaim bahwa makam Yesus sudah ditemukan

DR. Andrey Feuerverger adalah ahli statistik dari Kanada, dia diperhadapkan dengan informasi mengenai mengenai dua osuarium (peti jenasah yang berisi tulang-belulang) yang beri
nskripsi nama dua orang wanita (Maria dan Mariamene e Mara), serta empat osuarium yang berinskripsi nama laki-laki, dua diantaranya ditulis dalam bentuk “anak....” (Yesus anak Yusuf dan Yudas anak Yesus). Feuerverger kemudian membuat frequency distribution dari nama-nama dalam periode di mana penguburan osuarium tersebut berlangsung, di sini beliau menggunakan dua sumber, yakni Catalogue of Jewish Ossuaries dan Lexicon of Jewish Names in Late Antiquity. Distribusi nama-nama itu sendiri bermanfaat untuk melihat frequency of occurrence dari nama-nama tersebut; dalam kasus ini, terkait dengan kemunculan (frequency of occurrence) kumpulan osuarium dengan empat nama yang berhubungan dengan Yesus sekaligus (Yesus anak Yusuf, Mariamene e Mara, Yose dan Maria). Dari kajian statistik tersebut, probabilitas yang diperoleh Feuerverger adalah 600:1, jadi dari 600 kasus hanya ada satu kasus ditemukannya kumpulan osuarium dengan empat nama yang berhubungan sekaligus dengan Yesus. Hasil uji statistik inilah yang kemudian dipakai oleh beberapa orang biblika sebagai pilar utama untuk membuktikan bahwa makam Yesus sudah ditemukan.

Namun penting dicatat di sini bahwa menurut Feuerverger, penggunaan statistik sam
a sekali bukan untuk membuktikan apakah makam tersebut (dengan osuariumnya) merupakan makam dari keluarga yang ada dalam perjanjian Baru (New Testament family). Bagi Feuerverger, itu merupakan wilayah biblical historical scholars dan bukan wilayah dia; ingat bahwa Feuerverger adalah seorang pakar statistik dan bukan biblical historical scholar. Feuerverger sendiri justru memberikan kesimpulan seperti ini: “The interpretation of the computation should be that it is estimating the probability of there having been another family at the time, living in Jerusalem, whose tomb would be at least as `surprising', under certain specified assumptions.”

Jadi Feuerverger hanya sampai pada estimasi bahwa makam tersebut merupakan makam keluarga Yahudi yang hidup di Yerusalem, tentunya dengan bertolak dari asumsi tertentu dalam melakukan uji statistik. Soal apakah makam keluarga itu merupakan makam keluarga Yesus, ya.....bukan urusan dia sebagai seorang pakar statistik. Selain itu, Feuerverger juga mengakui bahwa ada beberapa masalah dalam uji statistik yang ia lakukan. Persoalan tersebut berkaitan dengan asumsi-asumsi yang ia pakai; asumsi menentukan data apa saja yang akan diinput dalam perhitungan statistik. Jadi, seluruh hasil perhitungan sangat tergantung pada asumsi-asumsi tersebut. Ini tampak dari pengakuan Feuerverger, yakni: "The results of any computations are highly dependet on assumtions.... Should even one of these assumtions not be satisfied then the results will not be statistically meaningful".

Dengan demikian, apabila asumsi yang dipakai tidak reliable maka seluruh hasil perhitungan menjadi tidak memiliki arti apa-apa. Terdapat beberapa asumsi dalam perhitungan tersebut, di sini Feuerverger menggunakan kurang lebih sekitar 8 asumsi. Beberapa diantaranya memuat persoalan yang langsung berhubungan/mempengaruhi perhitungan secara mendasar, yakni:
  1. Perhitungan statistik yang ia lakukan sama sekali tidak memasukan keluarga-keluarga Yahudi yang tidak bisa melakukan penguburan dengan menggunakan osuarium atau keluarga-keluarga Yahudi yang tidak cukup melek huruf (did not have sufficient literacy) untuk membuat inskripsi di atas osuarium. Menurut saya ini penting diperhatikan mengingat pada masa penjajahan Roma, masyarakat Yahudi menjelma menjadi lautan kemiskinan dan tidak cukup melek huruf (did not have sufficient literacy). Jadi bisa diasumsikan bahwa mayoritas masyarakat Yahudi tidak memiliki kekuatan finansial untuk melakukan penguburan dengan osuarium dan mendapat pendidikan yang tinggi. Dengan demikian probabilitasnya lebih besar ke arah penguburan biasa, tanpa dimasukan ke dalam osuarium (mungkin Yesus juga begitu).
  2. Perhitungan statistik tersebut juga tidak memasukan keluarga-keluarga Yahudi yang tinggal di luar Yerusalem. Saya ambil contoh begini, misalnya ada keluarga asal Nias yang tinggal di Jakarta. Nah...pada saat salah satu anggota keluarga tersebut meninggal, maka jenazahnya kemudian dibawa dan dikuburkan di Nias dan bukan di Jakarta, kenapa? Karena ada keterikatan emosional dengan tempat asal. Ini juga bisa berlaku di Yerusalem, apalagi Yesusalem itu memiliki tempat yang sangat sentral dalam keyakinan orang Yahudi. Kita lihat saja orang Islam, banyak yang justru senang/ingin meninggal di Mekah, kenapa? Karena ada hubungan dengan keyakinan mereka akan Mekah sebagai tempat yang sakral. Nah.... Feuerverger tidak memasukan hal seperti ini dalam perhitungan statistiknya.
  3. Feuerverger mengatakan bahwa nama seperti Mariamene e Mara diasumsikan sebagai Maria Magdalena, dengan catatan bahwa asumsi akan nama tersebut masih dipersoalkan (contentious). Point ini sangat menarik, karena apabila Mariamene e Mara kita keluarkan dari perhitungan statistik (dengan alasan nama tersebut masih diperdebatkan), maka probabilitasnya menjadi 4:1 (jadi bukan 600:1). Dengan demikian, apabila Mariamene e Mara dikeluarkan dari perhitungan, maka penemuan makam tersebut merupakan hal yang umum terjadi. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Feuerverger: "Note that this assumption is contentious and furthermore that this assumption drives the outcome of the computations substantially".
  4. Bagi Feuerverger, diperkirakan terdapat sekitar 4400 osuarium yang berinskripsi nama laki-laki, sedangkang yang berinskripsi nama perempuan jumlahnya dibawah setengah jumlah osuarium laki-laki. Nah....yang sudah dikaji kurang lebih sekitar 1100 osuarium. Kalau dihitung (perkiraan), mungkin sudah ditemukan sekitar 6000 osuarium yang berinskripsi (jumlah ini tentunya terkait dengan osuarium dengan lokasi di Yerusalem, dan hanya yang berinskripsi; berarti ada juga yang tidak berinskripsi atau inskripsinya sudah hancur dimakan waktu). Jumlah 6000 ini rasanya masih terlalu kecil apabila dibandingkan dengan total masyarakat Yahudi yang hidup di Yerusalem dan di luar Yerusalem (ingat bahwa penduduk di luar Yerusalem juga mengubur anggota keluarga mereka di Yerusalem).
Di sini saya pikir Feuerverger sangat jujur terhadap uji statistik yang dilakukannya, jadi hasilnya bisa dikatakan masih tentatif. Hal ini mengingat banyak data yang tidak dimasukan dalam perhitungan statistik tersebut, dan Feuerverger mengakui hal tersebut. Kenapa hal ini bisa terjadi? karena bagi Feuerverger dia bekerja dengan asumsi-asumsi tertentu, sehingga kalau asumsi yang dipakai bermasalah maka seluruh perhitungan yang dibuatnya menjadi tidak memiliki arti apa-apa.

Di luar ini ada informasi lain yang diutarakan oleh Charles Quarles yang mengatakan demikian: “between 56 and 105 males in Jerusalem during Jesus' time would have had a father named Joseph and close relatives named Mary and Jose".